KAPAN IMUNISASI TIDAK BOLEH DIBERIKAN PADA ANAK?

Vaksinasi atau imunisasi penting diberikan untuk anak agar anak terlindung dari berbagai penyakit berbahaya. Setiap anak wajib mendapatkan imunisasi yang daftarnya sudah ditentukan oleh pemerintah. Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memberikan imunisasi tersebut anak terhindar dari penyakit. Namun, bukan berarti ketika si kecil sedang sakit dapat langsung diberikan imunisasi. Ada beberapa keadaan yang mengharuskan Anda menunda pemberian imunisasi untuk si kecil.

Sakit Kronis

Bila si kecil menderita sakit kronis, sebaiknya pemberian imunisasi justru ditunda karena reaksi terhadap vaksin, seperti demam, dapat menyulitkan diagnosa dan penanganan terhadap penyakit yang diderita. Oleh karena itu, sebaiknya tunda dulu imunisasi bila si kecil sedang menderita penyakit kronis.

Alergi Parah

Bila si kecil memiliki alergi terhadap makanan atau hal tertentu, sebaiknya pemberian vaksinasi ditunda atau diberikan secara bertahap dan perlahan. Pasalnya, ada beberapa gejala alergi yang mirip dengan gejala yang muncul sebagai reaksi dari imunisasi. Jadi, bila sedang alergi, jangan berikan imunisasi ya!

Demam Tinggi

Selanjutnya, pemberian imunisasi juga sebaiknya ditunda ketika anak sedang demam tinggi sebab dokter akan kesulitan mendeteksi reaksi yang mungkin terjadi setelah anak divaksinasi.

Pasca Kemoterapi

Saat sistem kekebalan tubuh anak sedang melemah karena kemoterapi atau transplantasi, orang tua sebaiknya tidak memberikan imunisasi terlebih dulu. Pasalnya, vaksin tidak akan bekerja seoptimal ketika anak sedang sehat.

Saat Orang Serumah Sakit

Bila orang serumah sedang sakit, maka tunda dulu pemberian vaksin. Hal ini menjadi penanda bahwa kekebalan tubuh sedang lemah. Dengan demikian tidak disarankan untuk melakukan imunisasi pada anak.

Nah, meskipun beberapa keadaan tersebut mengharuskan penundaan imunisasi, ada juga keadaan dimana anak tetap diperbolehkan imunisasi meskipun sedang sakit, seperti demam ringan kurang dari 38 derajat celsius, infeksi telinga, diare ringan, batuk atau pilek, sedang mengonsumsi antibiotik, pernah kejang atau epilepsi, dan juga pada bayi yang lahir prematur.