JAGONYA APOTEK 24 JAM DARI YOGYA

Gideon Hartono membuka apotek K24 di Yogyakarta, pada 24 Oktober 2002.K24, menurut dia, singkatan dari komplet 24 jam. Apotek yang didirikan oleh dokter umum tamatan Universitas Gadjah Mada ini memang buka 24 jam dengan tiga shift:  07.30-15.30, 15.00-22.00, dan 21.30-07.30.  Pria kelahiran 10 Oktober 1963 itu mengaku tak sempat mengadakan riset pasar lebih dulu. Dia cuma mengandalkan naluri bisnisnya, bahwa warga Kota Yogya masih memerlukan apotek yang melayani mereka 24 jam nonstop. Meski demikian, gerai pertama apotek K24, yang cuma mengandalkan naluri itu, memaksa Gideon merogoh simpanannya senilai Rp 400 juta.

Tiga bulan pertama, sambutan masyarakat biasa-biasa saja.Memasuki tiga bulan kedua, naluri bisnis Gideon terbukti hebat.Pengunjung apotek yang sejak dibuka tak pernah tutup sampai sekarang itu -- tak peduli Lebaran, Natal, Tahun Baru dan hari-hari besar nasional -- terus bertambah dari hari ke hari. Keberhasilan apotek pertama yang berdiri apik di Jl. Magelang, Yogya itu memacu Gideon untuk membuka gerai berikutnya di tempat lain. Pada 24 Maret 2003 gerai kedua K24 berdiri di Jl. Gejayan.  Lalu, pada  24 Agustus 2003 gerai yang ketiga di Jl. Kaliurang dibuka. Jadi, ketiganya masih di Yogya.Pada 24 Februari 2005 gerai K24 memasuki Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ayah dua anak ini memang menyukai angka 24. Selain untuk nama jaringan apoteknya, pembukaan setiap gerai dilakukan setiap tanggal 24. “Pembagian gaji karyawan saya lakukan juga pada tanggal 24 setiap bulan. Bila tanggal 24 jatuh pada hari Minggu, pembagian gaji dimajukan. Tapi semua itu tidak ada hubungan dengan hong sui, karena saya tidak percaya hongshui,� tutur dokter Puskesmas Gondokusuman II itu.

Beberapa waktu lalu, Gideon mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, karena K24 menjadi jaringan apotek pertama yang sejak dibuka hingga sekarang tidak pernah tutup. Harga obatnya pun tidak berubah, baik siang maupun tengah malam. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, mulai pukul 23.00 orang cuma bisa membeli obat di K24 dari luar, lewat lubang pintu khusus. Kini, apotek yang menyerap 90-an tenaga kerja ini menyediakan 5 ribu item obat, rata-rata transaksi 350-500 kali tiap bulan, dengan omset Rp 250-300 juta per gerai.

Edy Edwardy, pemimpin PT Anugrah Argon Medika Cabang Yogyakarta (distributor obat), mengatakan K24 termasuk salah satu pelanggan besarnya.Setahun terakhir tren pembelian obat dari K24 ke Anugrah meningkat 5%-10%.  “Nilai pembelian obat K24 ke Anugrah setiap bulan mencapai Rp 100 juta,â€? kata Edy. Anugrah juga menjalin kerja sama dengan K-24 untuk menyediakan obat-obat yang tergolong live saving, antara lain human albumin, gama venin, kybermin, streptasi, beriplast dan tetagon. Obat-obatan jenis ini harus disediakan dalam waktu singkat.  “Kami standby 24 jam untuk melayani kebutuhan apotek ini,â€? ujar Edy.

Gideon mengaku hanya mau membeli obat dari distributor resmi atau obat yang ada fakturnya.“Sebenarnya saya banyak mendapat tawaran obat ilegal yang harganya sangat murah, tapi saya tidak mau mengambilnya karena asalnya tidak jelas,� katanya. Ia mengaku mengambil margin 17%-25% dari obat yang dijajakannya, meski dari distirbutor ada peluang mendapatkan laba 20%-40%.

Gideon berniat memperluas jaringan apotek K24 hingga menjangkau semua kota di Jawa lewat sistem waralaba. Ada beberapa yang sudah melamar, tapi yang benar-benar siap buka tahun ini baru dua, satu di Yogya, satunya lagi di Surabaya. Untuk memperoleh waralaba, investor harus menyediakan dana Rp 300-600 juta. “Itu bagi yang pemula. Bagi investor yang sudah memiliki bisnis apotek tapi kurang berkembang dan ingin bergabung dengan jaringan K24, tentu investasinya lebih kecil,� tutur Gideon.

Menurut Nur Feriyanto, pengamat bisnis dari Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, kunci sukses Gideon adalah kejeliannya membaca peluang pasar dan menerapkan strategi yang pas. “Gideon sesungguhnya bukan pelopor dalam bisnis apotek 24 jam ini, tapi dialah orang pertama yang berhasil meyakinkan pasar bahwa membeli obat di K24 harganya sama, baik di siang hari maupun tengah malam,â€? ujar Wakil Direktur Magister Manajemen UII itu.  “Konsep apotek ini jelas sejak awal. Gideon menggabungkan intuisi bisnis dengan kepiawaiannya membuat iklan. Interior dan eksterior K24 dibuat unik dengan dominasi warna hijau, merah dan kuning,â€? sambung Nur.

Soal eksterior dan interior, Gideon memang berusaha membuatnya semenarik mungkin, dengan dominasi warna hijau yang menyegarkan. Papan nama apotek dari neonsign juga dibuat menarik dengan warna-warni merah, hijau, kuning dan putih. “Itu merupakan gambaran kondisi riil bangsa Indonesia yang multiras, agama, bahasa, dan lain-lain. Warna hijau yang banyak mendominasi melambangkan Islam.Merah melambangkan Kristen. Kuning mewakili agama lain yang minoritas. Ketiga warna itu bila digabungkan ternyata menghasilkan komposisi yang indah. Itulah yang ingin saya praktikkan dalam bisnis apotek,� ungkapnya bersemangat.

Bisnis apotek bukanlah langkah pertamanya di dunia bisnis.  Jauh sebelumnya, Gideon telah menekuni bidang fotografi.Itu dilakukannya di sela-sela kesibukannya sebagai dokter puskesmas.Dalam soal fotografi ini bahkan Gideon sudah masuk cukup dalam lewat Agatha Video, perusahaannya yang membidangi jasa pemotretan perkawinan, video shooting dan rumah produksi (production house).Gideon juga mengelola Gardu AD, perusahaan iklan yang banyak memproduksi iklan untuk televisi. Agatha Foto, yang kini dikelola adiknya Tulus Benyamin, juga merupakan buah tangannya.

Kini, Gideon sedang menyiapkan sistem agar operasional jaringan apotek K24 tidak lagi tergantung pada dirinya, melainkan diserahkan kepada para profesional dari luar keluarga.

http://202.59.162.82/cetak.php?cid=1&id=2773&url=http%3A%2F%2F202.59.162.82%2Fswamajalah%2Ftren%2Fdetails.php%3Fcid%3D1%26id%3D2773