INILAH PERBEDAAN STUNTING DAN GIZI BURUK, JANGAN SAMPAI SALAH!

Indonesia ternyata masih melawan permasalahan gizi buruk dan stunting yang banyak terjadi pada anak-anak. Apa Anda tahu bahwa gizi buruk dan stunting ternyata dua buah keadaan yang berbeda? Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami akan membahas perbedaan stunting dan gizi buruk.

Menurut Survei Status Gizi Balita, terdapat 20% lebih balita yang mengalami stunting. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp. A(K) selaku ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia sendiri mengatakan ada 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting.

Keadaan gizi menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua yang harus memperhatikan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia harus tahu pasti bagaimana keadaan gizi yang buruk maupun stunting.

Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

Masih banyak di kalangan masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa stunting dan gizi buruk merupakan hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat tentang permasalahan gizi ini masih terbilang minim.

Secara mendasar, stunting adalah permasalahan gizi yang terjadi dalam jangka panjang. Sedangkan gizi buruk hanya terjadi pada anak dalam jangka pendek

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut yang bisa membedakan antara gizi buruk dan stunting:

a. Berdasarkan Ciri-ciri

Pada umumnya, anak yang mengalami stunting ditunjukkan oleh tubuhnya yang lebih pendek dan tampak terlihat muda. Bahkan pubertas pada anak yang mengalami stunting juga terlambat. Hal ini karena stunting merupakan sebuah kondisi di mana masa pertumbuhannya melambat.

Sedangkan anak yang mengalami gizi buruk biasanya ditandai dengan kulit kering, otot mengecil, dan berkurangnya lemak di tubuh. Apabila hal ini berlanjut terus, maka perut anak akan membesar atau menjadi lebih buncit.

b. Faktor Penyebab

Penyebab utama dari gizi buruk pada anak adalah kurangnya asupan gizi tertentu dalam waktu yang mungkin relatif lebih singkat. Akibatnya adalah berat badan anak bisa turun secara drastis dan mudah terserang penyakit. Inilah yang memicu gizi buruk pada anak.

Stunting sendiri disebabkan dari kekurangan gizi dalam jangka panjang. Keadaan ini biasanya dapat dimulai sejak 1000 hari pertama saat anak mulai hidup. Namun, masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi stunting.

Salah satu contohnya hubungan tingginya frekuensi sakit anak atau bayi dengan berat badan yang rendah saat lahir. Jika hal ini tidak tertangani dengan baik, maka bisa menimbulkan benih-benih stunting.

Cara Mencegah Permasalahan Gizi

Itulah dua poin dari perbedaan stunting dan gizi buruk. Keduanya memang sama-sama merupakan masalah gizi, artinya dalam mencegahnya pun memiliki cara yang sama. Kecukupan gizi pada anak ini sebenarnya sudah dimulai sejak ibu hamil.

Hal ini mengindikasikan bahwa nutrisi saat masa kehamilan dan menyusui sangatlah penting. Oleh karena itu, untuk ibu hamil perlu memerhatikan jenis makanan apa saja yang dikonsumsi.

Selain itu, memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif penting dan wajib dilakukan hingga anak berusia paling tidak 6 bulan. Jika usia anak sudah lebih dari 6 bulan, maka Anda dapat memperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI).

Menginjak usia satu tahun, anak bisa mulai mengonsumsi makanan bersama keluarga. Pada masa ini penting bagi orang tua untuk memberikan makanan dengan gizi sehat dan seimbang. Salah satu contoh panduan makanan sehat dan bergizi adalah konsep “Isi Piringku” dari Kemenkes RI.

Sebenarnya tidak hanya makanan saja yang mempengaruhi gizi anak, menerapkan pola hidup bersih pun juga perlu. Artinya, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan menjaga kebersihan sanitasi di rumah peru Anda terapkan.

Yuk, lawan gizi buruk dan stunting di Hari Gizi Nasional 2023. Jangan sampai generasi penerus bangsa mengalami permasalahan gizi.

Sumber: dari berbagai media online