JUMLAH TOKO OBAT TRADISIONAL MAKIN BERKURANG

JAKARTA:Penyusutan jumlah toko obat dan apotek tradisional berlanjut dan sebanyak 84 gerai tergusur selama 2006, sebalik nya toko obat dan apotek modern berjaringan terus bertambah.

Dari survei yang dilakukan Nielsen Indonesia, terungkap penyusutan jumlah toko obat dan apotek tradisional di Indonesia jauh lebih signifikan pada 2005 dibandingkan dengan 2003. Toko obat dan apotek tradisional yang gugur selama kurun waktu tersebut sebanyak 1.036 toko.

"Meskipun ada peningkatan jumlah, kami prediksikan toko obat dan apotek modern berjaringan tidak menguasai pasar," kata Yongky Surya Susilo, Direktur Riteler dan Pengembangan Bisnis Nielsen Indonesia kepada Bisnis, Rabu malam.

Yongky menjelaskan toko obat dan apotek tradisional tidak perlu mengkhawatirkan jumlah toko obat dan apotek modern yang terus bertambah, mengingat toko obat dan apotek tradisional sudah mempunyai pelanggan sendiri.

Namun untuk mengantisipasi persaingan, dia berharap toko obat dan apotek tradisional terus membangun kepercayaan konsumen dengan dan tidak menjual obat palsu.

Kekuatan toko obat dan apotek modern, adalah mempunyai citra tak mungkin menjual obat palsu sehingga mampu terus menggenjot ekspansi gerainya, katanya, karena di samping menciptakan toko yang nyaman juga mampu menciptakan citra sebagai gerai obat yang aman atau bebas obat palsu.

"Ada kepercayaan tidak ada obat palsu di toko obat dan apotek modern," kata Yongky.

Dia memperediksi jumlah toko obat dan apotek modern berjaringan akan terus bertambah dengan peningkatan sekitar 20% per tahun.

Tetap mendominasi ,

Meskipun diperkirakan pada tahun ini dan 2008 akan ada peningkatan jumlah gerai toko obat berjaringan sebesar 20% per tahunnya, Yongky optimistis toko obat dan apotek tradisional tetap mendominasi.

Merek toko obat dan apotek modern berjaringan di Indonesia pada 2006 yang paling banyak jumlah gerainya adalah Century (128 toko),

dan Guardian (134 gerai). Merek lainnya yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Boston (36 toko), Shop In (4 toko), dan Watsons (4 gerai).

Selama 2006 yang paling ekspansif menambah gerainya adalah Guardian, yaitu menambah 33 toko selama tahun lalu, sedangkan Century tahun lalu menambah sepuluh toko.

Sebelumnya, Gideon Hartono, Direktur Utama Apotek K-24 mendesak pemerintah menindak tegas toko obat dan apotek yang menjual obat palsu, dan menuntut dibuatnya undang-undang yang mengenakan hukuman mati bagi oknumnya.

Obat palsu tersebut, ungkapnya, dijual dengan harga yang lebih murah hingga 40% dari harga obat asli.Selisih harga tersebut tidak mungkin terjadi, sekalipun persaingan antar apotek dan toko obat cukup ketat.Sebab perang harga hanya bisa ditoleransi dengan kisaran selisih harga sebesar 5%-10%.

Pusat peredaran obat palsu, jelas Gideon, diyakini sudah diketahui banyak orang termasuk kalangan pemerintah dan aparat. Jika pemerintah tegas mengambil sikap untuk memberantas peredaran obat palsu tersebut, tentunya tidak akan membiarkan pedagang obat palsu berkelanjutan menjalankan praktiknya.

Sementara, ungkapnya, obat palsu yang dikonsumsi mengakibatkan kerugian material karena obat tidak memberi efek kesembuhan, dan yang paling berat bisa mematikan. ( linda.silitonga@bisnis.co.id)

http://disperindag-jabar.go.id/cetak.php?id=2854