AUTISME, TAK KENAL MAKA TAK PAHAM

Autisme merupakan masalah perkembangan pada anak-anak yang kini banyak dibahas dan diteliti. Selain karena jumlah anak-anak yang menunjukkan ciri-ciri autisme meningkat pesat (walaupun memang belum ada penelitian khusus yang menyajikan data autisme anak di Indonesia), autisme merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga perlu penanganan yang tepat. Nah, sejauh mana pemahaman Anda tentang autisme?


Autisme adalah gangguan kompleks pada otak dimana beberapa bagian otak gagal bekerja sama. Pada akhirnya, kondisi ini akan mempengaruhi proses perkembangan anak penyandang autis dan sering membuatnya sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga seolah-olah ia hidup dalam dunianya sendiri.


Penyebab autisme belum diketahui secara pasti, akan tetapi gangguan kesehatan ini cenderung menurun di dalam keluarga. Para ilmuwan sedang mencoba untuk mencari tahu gen yang mungkin bertanggung jawab dalam mewariskan autisme. Studi-studi lain pun dilakukan untuk meneliti apakah autisme dapat disebabkan oleh masalah medis lainnya atau faktor lingkungan.


Apa gejalanya?


Gejala autisme hampir selalu muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Biasanya, hal ini disadari para orang tua ketika anak mereka belum mulai bicara, lebih suka bermain sendiri, dan tidak membuat kontak mata dengan orang lain. Tidak ada “kekhasan” gejala karena penyandang autis dapat memiliki berbagai macam perilaku, mulai dari yang ringan hingga yang parah. Gejala autisme meliputi :


1. Anak terlambat belajar bicara, atau tidak berbicara sama sekali.


2. Anak mungkin tampak tuli, sedangkan hasil tes pendengarannya normal.


3. Perilaku dan minat anak terhadap permainan yang berulang dan berlebihan. Contoh : menggoyang tubuh berulang, saat bermain sering fokus pada bagian-bagian mainan daripada mainan secara keseluruhan, dan dapat sangat marah ketika ada perubahan rutinitas.


Selain itu, autisme mungkin juga menimbulkan masalah lain seperti kecerdasan anak di bawah normal, sebagian anak mengalami gangguan kejang (seperti epilepsi) hingga masa remaja, dan pada masa remaja sering merasa tertekan dan cemas (terutama jika kecerdasan anak rata-rata atau di atas rata-rata).


Apakah autisme bisa diobati?


Pengobatan autisme melibatkan pelatihan perilaku khusus, yaitu berupa penghargaan terhadap perilaku baik (penguatan positif) untuk mengajarkan anak agar memiliki keterampilan sosial. Selain itu, pelatihan ini juga mengajarkan mereka bagaimana cara berkomunikasi dan bagaimana mereka dapat membantu diri mereka sendiri ketika tumbuh dewasa. Pengobatan autisme juga dapat mencakup hal-hal seperti terapi bicara atau terapi fisik. Obat-obatan terkadang digunakan untuk mengobati masalah seperti depresi atau perilaku obsesif-kompulsif.


Jenis pengobatan yang tepat bisa berbeda untuk setiap anak, bergantung pada gejalanya. Pengobatan untuk setiap anak juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pastikan untuk bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam pendidikan dan perawatan anak untuk menemukan cara tepat dalam menangani gejala autisme. Salam Sehat : )