WANITA LEBIH BERISIKO TERSERANG MIGRAIN, INI ALASANNYA!

Lebih dari 30 persen orang di dunia pernah mengalami migrain, namun wanita empat kali berisiko lebih rentan terserang migrain jika dibandingkan dengan pria. Kira-kira, apa penyebabnya?

Migrain merupakan timbulnya rasa sakit kepala di salah satu sisi yang disertai oleh sensasi berdenyut yang dahsyat. Rasa sakit ini biasanya terjadi karena adanya perubahan aktivitas otak. Biasanya rasa sakit yang muncul ini terasa sangat menyakitkan dan tidak tertahankan.

Migrain pun kerap diikuti oleh gejala lain seperti muntah, pandangan kabur, sensitivitas lebih terhadap cahaya, suara, atau aroma.

Migrain bisa bertahan hingga berjam-jam bahkan berhari-hari sebelum kembali ke kondisi normal. Sakit kepala di salah satu sisi ini bisa menyerang siapa saja, namun mayoritas dialami oleh wanita.

Lalu, apa yang menyebabkan wanita lebih rentan terkena migrain?

Otak Wanita Cenderung Lebih Sensitif

Wanita cenderung memiliki otak yang sensitif. Hormon esterogen yang dimiliki perempuan membuat sel-sel di sekitar syaraf pembuluh darah pada kepala jauh lebih sensitif dan menjadi pemicu migrain.

Akibatnya, berbagai perubahan sederhana pada aktivitas otak mampu memicu perubahan emosi secara tiba-tiba. Misalnya saja seperti perubahan suhu ruangan ataupun perubahan pola tidur. Perubahan emosi yang terjadi secara tiba-tiba ini kemudian menimbulkan suatu gelombang abnormal pada otak yang kerap disebut cortical spreading depression.

Dilansir dari hellosehat.com, seorang ahli neurologi yang berasal dari University of California, Andrew C. Charles, berpendapat jika gelombang ini dapat menyebabkan peradangan dan kesakitan, naik turunnya aliran darah serta sel saraf tertekan pada otak. Timbulnya gelombang ini belakangan ini kerap dikaitkan dengan terjadinya migrain.

Perubahan Hormon

Wanita yang sedang menstruasi pun lebih rentan terserang migrain. Sebelum masuk pada siklus menstruasi, terdapat fase di mana kadar hormon esterogen mengalami penurunan dan kadar asam lemak prostaglandin mengalami peningkatan yang selisihnya cenderung signifikan juga secara tiba-tiba. Kondisi ini rupanya memicu penurunan serotonin pada otak yang menyebabkan pembuluh darah pada otak mengalami kontraksi dan melebar, sehingga memicu terjadinya migrain. 

Hal ini tidak hanya terjadi pada wanita yang sedang berada pada siklus menstruasi saja, namun juga  dialami saat mereka memasuki masa menopause atau saat menggunakan kontrasepsi hormonal (pil KB). 

Meski begitu, keterkaitan migrain dengan hormon sebenarnya lebih kompleks dan masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut.

Secara spesifik memang belum diketahui apa yang menyebabkan terjadinya migrain. Bahkan mungkin migrain yang dialami oleh setiap wanita dipicu oleh hal yang berbeda satu sama lainnya. Umumnya migrain tidak akan berkembang menjadi semakin buruk, namun jika dilansir dari hellosehat.com, orang yang mengalami migrain dua kali lebih berisiko terserang stroke. Karenanya, segeralah berkonsultasi dengan dokter jika Sahabat Sehat terserang migrain yang berkepanjangan.

Source:

Hellosehat.com

Kompas.com