AKSI SOSIAL BEDAH RUMAH OLEH PT. K-24 INDONESIA DI KULON PROGO

Seperti biasa setiap Minggu, agenda Bupati Kulon Progo bersama Wakil Bupati dan beberapa kepala SKPD dan direktur BUMD adalah melakukan bedah rumah warga miskin. Begitu juga pada Minggu (29 November 2015) dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) kegiatan bedah rumah dipusatkan di desa Tuksono, Sentolo, Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Terdapat 4 rumah yang di bedah  dengan dana Corporate Social Responsibility – CSR PT. K-24 Indonesia yakni rumah Daliman dari Dusun Bulak, Desa Tuksono. Kemudian rumah milik Temu Dusun Wonobroto, rumah milik  Yanto Wiyono Dusun Ngrandu, Desa Salamrejo, dan rumah milik Suparlan dari Dusun Belik, Desa Demangrejo . Seluruhnya berasal dari Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo D.I . Yogyakarta.


Selain empat buah rumah, PT K-24 Indonesia juga menyerahkan bantuan jambanisai untuk enam unit rumah  yakni milik Samin Tardi Utomo,  Trisno Mulyono, Lasntor, Mulyono, Sarbini, dan Paiyun yang semuanya berasal dari Desa Ngrandu Salamrejo, Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo D.I. Yogyakarta.


Penyerahan Dana Bantuan bedah Rumah dan jambanisasi ini diserahkan langsung oleh Direktur  Utama PT. K-24 Indonesia dr. Gideon Hartono di tiga lokasi, yakni rumah Daliman Dusun Bulak, Desa Tuksono, bapak Yanto Wiyono Desa Ngrandu Salamrejo, dan bapak Suparlan Desa Demangrejo Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo D.I. Yogyakarta.


Dalam sambutannya, dr. Gideon Hartono menyampaikan bantuan tersebut merupakan wujud kepedulian Apotek K-24 terhadap warga masyarakat Sentolo. Gideon juga menambahkan bahwa bantuan tersebut diharapkan dapat membantu mewujudkan umah warga yang sehat dan layak huni.


Perhatian Pemkab terhadap rasa gotong royong yang semakin besar ternyata mengundang kepedulian sosial warga masyarakat yang terus meningkat. Jika pada awal dilaksanakan program bedah rumah ini sebagian besar kepedulian datang dari beberapa perusahaan melalui CSR dan gotong royong warga masyarakat, saat ini bisa jadi bantuan dari program CSR perusahaan lebih kecil dari pada swadaya masyarakat.


Namun begitu, Hasto Wardoyo, Bupati Kulon Progo mengakui bahwa bedah rumah ini belum menyelesaikan masalah kemiskinan atau masyarakat pra sejahtera. Namun menurut Bupati, yang paling penting disamping dilakukan bedah rumah, pemilik rumah harus punya pangupa jiwa (pekerjaan yang menghasilkan).


Bupati Kulon Progo mengatakan bahwa pembangunan yang dilakukan seharusnya berbasis pada budaya lokal. Jika di Pemda DIY budaya itu adalah "Hamemayu Hayuning Bawana", dan Gubernur telah memberi arahan untuk bisa nguri-uri budaya sendiri, maka di Kabupaten adalah budaya gotong royong. Sehingga jika pembangunan ini dilakukan dengan gotong royong, hal ini berarti telah melestarikan budaya lokal juga. Masyarakat juga harus memahami bahwa pengentasan kemiskinan tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah, sehingga kepedulian sosial dari masyarakat sangat diperlukan.


Tak lupa, Hasto juga mengajak hadirin yang ikut dalam bedah rumah saat itu untuk bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Allah SWT. Memang hadirin saat itu merasakan betapa susahnya jalan menuju ke lokasi bedah rumah yang berada di atas gunung, jalannya licin dan sempit, bahkan ada yang belum dialiri listrik. Mengunjungi keluarga miskin seperti terbantu bedah rumah, diharapkan bisa mengasah hati/perasaan dan selanjutnya bisa mengalami transformasi spiritual, karena dapat merasakan ternyata masih ada masyarakat miskin yang kesusahan, sehingga lebih mensyukuri nikmat yang diberikan. (*yp)