PELUANG DOKTER UMUM MENJADI PEMILIK DAN PRAKTISI KLINIK LAYANAN JKN “PLUS” DAN KLINIK SKINCARE

Sabtu (20/12/2014) Apotek K-24 menggelar seminar doctorpreneurship dengan tema “Peluang Dokter Umum sebagai Pemilik dan Praktisi di Klinik Layanan JKN Plus dan Klinik Skincare”. Acara ini bertempat di lobi Hi-Lab Diagnostic Center, Jl. Yos Sudarso 27 Kotabaru, Yogyakarta (selatan stadion Kridosono), mulai pukul 08.30–14.00 WIB.


Di hadapan peserta seminar yang berjumlah 140 orang yang terdiri dari berbagai kalangan, usia, dan berprofesi sebagai dokter umum dan dokter gigi yang berpraktek di klinik swasta maupun sebagai PNS tersebut, dr. Gideon Hartono menawarkan peluang menjadi doctorpreneur dengan menjadi praktisi dan pemilik di Klinik K-24.


Klinik K-24 adalah sebuah klinik JKN plus yang melayani JKN, pusat vaksinasi dewasa, dan pusat hemorrhoid / ambeien. Klinik ini nantinya bermitra dengan jaringan Apotek K-24 yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Keuntungan yang akan diperoleh dari peluang bisnis ini adalah merk yang sudah dikenal, dukungan sistem IT yang kuat, dan berjejaring. Biaya untuk mendirikan klinik ini disebut dr. Gideon sangat terjangkau, yaitu kurang lebih 100 - 150 juta. Dengan menjadi praktisi dan pemilik klinik K-24, dokter umum diperkirakan mampu memperoleh penghasilan 7 - 20 juta perbulan.


Selain Klinik K-24, peluang bisnis yang ditawarkan adalah Ergia Klinik Skincare and Research, sebuah klinik kecantikan yang tahun 2014 ini dirintis dr. Gideon bersama dengan dr. Reza Purowoko, Sp.KK. dan dr. Agni. Biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan Ergia Klinik Skincare and Research kurang lebih 450 juta tergantung kelasnya.


Acara seminar dibuka dengan sambutan dari dr. Lituhayu selaku ketua panitia seminar dan sambutan dari dr. Gideon Hartono, pendiri sekaligus pemilik jaringan waralaba apotek K-24 dan Hi-Lab Diagnostic Center. Selanjutnya, jalannya acara dipandu dr. Maria Silvi dengan melibatkan empat (4) orang pembicara yaitu Dra. Hardiah Djuliani, Apt. M.Kes (Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes DIY) yang hadir mewakili Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. Gideon Hartono, dr. Paran Bagionoto, Sp.B.FinaCS.FICS (penggagas penanganan Hemorrhoid dengan metode PILA – tanpa rasa sakit dan tanpa pisau), dan dr. Reza Yuridian Purwoko, Sp.KK (pakar meso estetis cell dari Jakarta).


Disampaikan Hardiah Djuliani, sesuai dengan road map pembiayaan kesehatan nasional, Indonesia telah mengimplementasikan Universal Health Coverage (UHC) sejak 1 Januari 2014. UHC ini dilaksanakan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bekerja sama dengan BPJS. Penggabungan jaminan kesehatan dalam BPJS dan adanya stratifikasi kasus melalui pembagian peran pemelihara kesehatan membuat peran dokter umum sebagai dokter keluarga menjadi sangat tinggi dalam UHC.


Hal ini disebabkan karena dokter umum termasuk dalam fasilitas kesehatan (faskes) primer, yaitu tingkat pelayanan kesehatan yang melayani semua keluhan kesehatan, penyakit, preventif, dan diagnosis. Untuk faskes primer, pasien berhak memilih dan menentukan faskes primer mana yang ia sukai -boleh dokter umum yang berpraktek di klinik swasta- , asalkan dokter tersebut sudah MOU dengan BPJS.


Namun demikian, para dokter menganggap program JKN ini merugikan dan menekan pendapatan dokter umum. Padahal, jika dipahami konsep pembiayaan kesehatan, dokter umum berpeluang menjadi dokter entrepreneur pemilik klinik maupun praktisi yang bermitra dengan BPJS.


Dalam seminarnya, dr. Gideon menyebutkan bahwa seorang dokter entrepeneur tidak hanya melakukan pekerjaan mulia dengan menyembuhkan pasien dan menghidupi diri serta keluarganya. Dengan menjadi dokter entrepeneur, seorang dokter umum dapat membuka lapangan kerja dan kesempatan hidup lebih banyak bagi orang lain.


Layanan plus Klinik K-24 sebagai pusat hemorrhoid disampaikan oleh dr. Paran. Hemorroid, wasir, atau ambeien dapat terjadi pada semua usia, akan tetapi tingkat kejadian hemorrhoid lebih besar pada usia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini merupakan satu dari 155 penyakit yang harus bisa ditangani di faskes primer. Namun, dari data yang ada, hanya 30% penderita ambein yang datang kepada dokter.


Alasan utama mengapa mereka enggan datang ke dokter adalah: biaya operasi yang mahal, takut operasi, dan metode operasi tidak bisa menyembuhkan 100% bahkan ada kemungkinan kambuh. Untuk itu, dr. Paran memperkenalkan metode PILA, terapi ambeien tanpa operasi – tanpa pisau, tanpa pendarahan, dan tanpa rasa sakit yang hanya membutuhkan waktu 5 menit.


Perihal Ergia Klinik Skincare and Research disampaikan dr. Reza dengan menjelaskan berbagai metode perawatan kulit mutakhir yang telah ia praktekkan dan berhasil. Mulai dari perawatan kulit dengan mesogun, bedah fisik, laser, tanam benang (pengencangan kulit), pelangsingan, hingga stem cell dari lemak tubuh.


Dalam acara tersebut dr Gideon menyampaikan harapannya kepada para peserta seminar, “Saya berharap usai mengikuti seminar ini, berapapun usia Anda, sebagai dokter umum Anda pulang membawa semangat untuk menjadi doctorpreneur, dokter sekaligus entrepreneur.”


Bagi sejawat dokter yang berminat menangkap peluang bisnis ini dapat menghubungi dr. Lituhayu (CP : 087739332633), email : putrilituhayu@gmail.com. Selain itu, pada hari Minggu (21/12) pukul 08.30 WIB akan diadakan bakti sosial pengobatan ambeien dengan metode PILA tanpa dipungut biaya. Bagi masyarakat yang menderitapenyakit ambein stadium maksimal tiga, bisa mendaftar ke Hi-Lab (0274) 557722. Sebaiknya daftar segera karena kuota terbatas untuk 30 orang. (*)