BERTAHAN DALAM KEMENANGAN

Kesuksesan merupakan sebuah fungsi yang berbanding lurus dengan Doa, Cita-cita, Berusaha, dan Alat. Karena gandrung ilmu fisika dr. Gideon Hartono merumuskan rahasia suksesnya ke dalam “rumus” F(x)=DxCxBxA. Satu komponen saja tidak ada berarti sukses sama dengan nol.

Dokter Gideon Hartono (45) pernah melamar sebagai calon wakil walikota Yogyakarta periode 2006—2010 mendampingi Herry Zudianto. Tetapi dunia politik tak hanya mengandalkan kemampuan manajerial dan konsep. Politik adalah raihan suara terbanyak dan, Gideon tidak punya basis ini. Dia terpental pada saat-saat terakhir pencalonan. Herry Zudianto akhirnya melaju sebagai walikota bersama pasan­gannya dari PAN.

“Saya double minoritas. Pertama Kristen dan kedua keturunan China. Jadi minoritasnya dua, ha-ha-ha,” ujarnya tertawa pada suatu petang akhir November lalu. “Tetapi saya sudah menunjukkan bahwa WNI keturunan China juga peduli terhadap kepentingan bangsa dan ingin memberikan yang terbaik untuk masyarakat,” ucapnya.

Wawancara sedianya berlangsung sehari sebelumnya, namun tamu yang bertubi-tubi datang membuatnya kehabisan waktu. Sore itu, di Laboratorium Klinik Utama Hi-Lab, Jl. Yos Sudarso No. 27, Kota Baru, waktu gerimis sedang membekap Yogyakarta, dr. Gideon bercerita tentang spirit dan kunci sukses dia mengelola Apotek waralaba K-24. Apotek ini telah bercabang-cabang di 96 tempat di Indonesia.

PROSES PANJANG

Tidak ada yang instan. Gideon bukan anak konglomerat yang tinggal menapaki karpet merah keberhasilan. Ada proses panjang dan peristiwa jatuh-bangun dalam hidupnya.

Lahir dari keluarga tidak mampu sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara, telah mengasah feeling wirausaha Gideon. Masih di SMP, Gideon bersama seorang teman, telah naik colt umum ke Klaten berjualan tepung beras merah. Masuk SMA Kolese de Britto Gideon mengkoordinir teman-temannya menjual makanan kepada calon siswa baru. Dia juga mengajak dua temannya membuat kumpulan soal fisika. Uang hasil berjualan dipakai tamasya ke Tawangmangu dan Sarangan.

Kamera saku abangnya membuat Gideon belajar fotografi secara autodidak. Menang di berbagai lomba fotografi, dia mendirikan studio sederhana di rumahnya. Bertahun kemudian Agatha Foto Studio berdiri dan menjadi salah satu yang terbesar di Yogyakarta.

Gideon lulus dari Fakultas Kedokteran UGM. Setelah mengabdi, dia akan mengambil spesialisasi penyakit mata. “Dua hari dalam seminggu akan saya persembahkan untuk orang kurang mampu. Saya akan melakukan operasi gratis katarak,” begitu ikrar Gideon. Dia satu-satunya PNS yang mendaftar. Nilai akademiknya bagus. Sayang, dia tidak diterima. “Saya berpikir positif saja. Tuhan pasti punya rencana lain yang spesial bagi saya,” ungkap Gideon.

Dalam Buku Menembus Puncak yang diterbitkan ANDI Yogyakarta, dr. Gideon menyatakan, refleksi kegagalannya di atas melahirkan inspirasi baru untuk tetap berkarya dalam bidang kesehatan. Dia bertemu kenyataan sulitnya mencari obat pada malam hari atau hari libur. Kalaupun ada, kata Gideon, harganya di atas normal. Muncul ide sebuah apotek yang buka 24 jam, tanpa jeda hari libur, komplit, dengan harga yang tetap sama. Oktober 2002 apotek pertama dibuka di Jl. Magelang Yogyakarta. Apotek inilah yang kemudian diwaralabakan oleh Gideon. “K-24 sekarang sudah masuk 3 besar. Kami ingin tahun 2010 menjadi nomor satu dengan 500 outlet di seluruh Indonesia,” ucapnya yakin.

DARI YOGYAKARTA UNTUK INDONESIA DAN ASIA

Sayap-sayap kesulitan pastilah pernah menghampiri setiap orang. Bedanya, ada yang berhasil keluar ada yang tidak. Gideon tidak saja berhasil keluar. Bahkan inspirasi diperolehnya dari setiap kesulitan yang datang. Gideon berkata, “Inspirasi berasal dari kata in (di dalam) dan spirit (Roh). Artinya, selama kita berada dalam Roh, motivasi untuk terus maju selalu ada sekalipun kita berada dalam kesulitan.” Suami drg. Inge Santoso, Sp. Ort. ini yakin, ilmu manajemen secanggih apa pun pasti ada lemahnya. Maka Gideon tidak pernah bergantung penuh pada ilmu-ilmu bikinan manusia ini, tetapi kepada Tuhan yang selalu membangkitkan spirit dalam dirinya, inspirasi.

Setelah “dari Yogyakarta untuk Indonesia” lewat Apotek K-24, Gideon terinspirasi “Yogyakarta untuk Asia” lewat Hi-Lab Diagnostic Center di kawasan Kota Baru, Yogyakarta. Kecuali peralatan canggih untuk diagnosa beragam penyakit, kelebihan lain Hi-Lab adalah hasilnya bisa diakses lewat sms dan internet. “Negara-negara seperti Vietnam dan Myanmar pasti masih butuh lab yang komprehensif. Kita dapat mengekspor tenaga-tenaga terdidik dalam bidang ini untuk mengoperasikannya,” tutur Gideon yang menerapkan konsep long life learning untuk diri dan karyawannya.

HARMONI DALAM KEBERAGAMAN

Stigma sebagai warga keturunan China sungguh tidak mengenakkan. Maka Gideon sejak awal menanamkan filosofi “Semangat hidup harmonis di tengah kemajemukan”. Nilai ini ditanamkan sungguh di Apotek K-24. Baik lewat simbolisasi (logo yang terdiri dari empat warna; hijau yang dominan menggambarkan kelompok Muslim, merah untuk Kristen, kuning WNI keturunan China, dan putih untuk kelompok lainnya) maupun dalam tata aturan di perusahaanya. Setiap orang, apa pun suku, ras, agamanya, adalah sama di mata Tuhan. “Sekarang saya lebih fokus lagi ke K-24, menularkan semangat tadi. Kalau mau membuat Indonesia maju kita harus belajar mengelola perbedaan tadi. Bukan sebatas kata-kata mutiara Bhinneka Tunggal Ika, tetapi dalam hidup yang nyata. Melalui apotek saya menularkan semangat hidup harmoni di dalam kemajemukan,” kata Ketua Yayasan Pendidikan Budya wacana ini.

BERTAHAN DALAM KEMENANGAN

Menjadi pengusaha sukses bukan tujuan utama dalam hidup Gideon. “Bagi saya sukses berarti menemukan rencana Tuhan bagi diri saya, yaitu memberi inspirasi dan menjadi berkat bagi orang lain. Saya ingin keberadaan saya memberi manfaat dan bermakna bagi orang lain. Jadi pengusaha sukses itu bukan tujuan utama, melainkan hanya sarana atau batu pijakan agar saya menjadi lebih efektif dalam menanggapi panggilan Allah,” ucap Gideon dalam buku Menembus Puncak.

Sebuah keyakinan telah ditancapkan Gideon untuk tetap bertahan dalam kemenangan. Keyakinan ini datang dari refleksi dan pengalamannya. Ketika seseorang susah dan dalam kesulitan, dia berusaha keras keluar dari sana. Tetapi begitu baik sedikit saja, dia merasa telah di atas awan.

Gideon mengajak teman-temannya—demikian ia menyebut karyawan-karyawatinya—untuk memiliki sikap rendah hati. Sikap ini akan membuat mereka tetap bertahan dalam kemenangan. “Andaikata kita diberkati Tuhan untuk mampu menapaki puncak-puncak keberhasilan, ini Tuhan yang memberi. Tuhan mampukan kita, terus Tuhan bilang masih ada puncak lagi. Jadi, tidak patut kita menepuk dada. Sikap bertahan dalam kemenangan menurut saya menjadi tanda ketergantungan kita dengan Tuhan.

Kalaupun kita berhasil itu tidak berarti secara pribadi kita mampu. Sikap jumawa, merasa mampu, itu yang akan membuat kita jatuh,” ujarnya.

http://www.ebahana.com/warta-28-Bertahan-Dalam-Kemenangan.html